Tak Sekedar Terimakasih

Seorang anak merengek minta dibelikan jagung bakar pada ibunya dan ayahnya. Dengan terpaksa dan sedikit enggan, ibunya mengulurkan selembaran uang kertas sambil mengawasi dari kejauhan. Lalu si anak menuju penjual jagung bakar yang dibuat seorang nenek-nenek. Si anak dengan tekun mengikuti gerak-gerik tangan renta nenek tua penjual jagung bakar yang sedang memainkan kipas bambunya.

Mata kanak-kanaknya membulat terheran-heran pada bunyi letekan biji jagung, asap serta harum yang bertebar kemana-mana.
Sedang si nenek dengan pakaian lusuhnya tersenyum melirik anak kecil yang jongkok disebelahnya.
Mata tuanya meredup, melayang entah kemana. Sesekali dicubitnya pipi anak itu. Dan kemudian diberikannya jagung bakar yang telah matang pada anak itu yang dari tadi lama menunggu, serta berkata, "Ambil saja buatmu nak, tak usah dibayar". Si Ibu anak tadi yang telah mendekati penjual jagung, mengucapkan terimakasih, lalu berkata pada sang ayah, "Lumayan, kita dapat rejeki satu jagung bakar." Mereka sambil eninggalkan taman kota dengan kendaraan roda empat mereka.

========================))00((========================

Tunggu dulu wahai Ibu!! Mengapa kau menyebutnya sebagai rejeki?
Bukankah dengan demikian si nenek tua itu malah kehilangan sebagian penghasilannya yang tak seberapa?
Tidakkah kau terpanggil untuk membalas pemberian itu dengan sesuatu yang lebih dari sekedar terimakasih ?
Renungan : Memang, menerima selalu menyenangkan, Namun, memberi dengan sikap tulus lebih membahagiakan. Tahukah kau, wahai ibu, hati nenek tua itu teramat terang, jauh lebih terang dari lampu yang menerangi temaran di senja ini.


PS :
- terinspirasi tulisan gusTalks
- Thank's to rekan di motivasinet

Sudahkah Anda mem-Bookmark Blog ini?

Add to Technorati Favorites



Komentar

  1. wah benar-benar kisah yang patut kita pahami

    BalasHapus
  2. great inspiring Kang. Kadang hal besar, bahkan hal terdhsyat di inspirasi oleh sebuah kisah sederhana seperti kisah jagung, anak kecil,seorang ibu, dan seorang nenek seperti diatas.

    BalasHapus
  3. wahh cerita yang sangat bagus bang Ir...
    untuk perenungan kita...mudah-mudahan kita bisa membuat tangan kita memberi dari pada menerima...
    kata ayahku dulu bila kita saling memberi pasti banyak yang dapat..tapi kalau semua meminta pasti banyak yang tidak dapat..bener ngga bang??

    BalasHapus
  4. dan aku selalu tulus menorehkan kata disini*gubrak!* jagung bakarnya mana?*gubrak lagi*waduh jatuh sampai berapa kali nih,he..he..

    *inspiratif*

    BalasHapus
  5. hmmm... makna yang tersirat di postingan bang ir sangat lugas, sebuah kesederhanaan dari memberi dengan tulus. good good

    BalasHapus
  6. wah insirated man yah kang emang bener....ntuh, tangan diatas lebih bagus dari tangan yang di bawah.....

    BalasHapus
  7. peringatan nech bagi orang yang kaya agar merenungkan seberapa manfa'at hartanya bagi orang lain!

    BalasHapus
  8. @Atca : Ayahku juga pernah bilang.....itu benerrr!

    @Cebong Ipiet : dalam hal ini kita tidak perlu memandang kebelakang, atau ada hal apa dibalik cerita ini....(inilah rahasia hidup yang tidak perlu dipertanyakan lagi, berbuat baik karena A, B, C....tidak perlu itu rasanya)
    hanya yang terutama yang mesti dipahami adalah arti memberi dan menerima.

    di kehidupan ini, mungkin kita melakukan sesuatu, ingin beramal, apapun harus ada subyek-obyek.
    "tidak mungkin ada pahala bila tak tertuju".

    Dari inti cerita ini dan mungkin dari semua posting disini saya harap tak ada sanggahan ataupun debatan. Saya hanya mencoba mencongkel semua rasa di hati saya saja menjadi sebuah dongeng. yang mungkin bisa menjadi manfaat buat diri saya sendiri khususnya.

    BalasHapus
  9. kisah yg menarik dan bermanfaat :)

    BalasHapus
  10. Kisah yang bagus kang buat pembelajaran...

    BalasHapus
  11. Mencapai taraf mukhlis adalah sebuah perjuangan kang

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer